FORMAT PEMESANAN / ORDER, Lewat Wh/Line/SMS ke no +6285 337 177 470, BBM Pin : HERBAL07

Jumlah & Nama/Kode Produk yang di pesan # dilengkapi dengan nama dan alamat anda # dan cara pembayaran yang di inginkan.
Contoh :2box herbal/1050# ANTONI, Jl. Raya kuta No. 110, Kuta-Bali # Bayar Via Mandiri. (format SMS bebas, tidak perlu takut salah)

SILAHKAN TULIS FORMAT PEMESANAN / ORDER SEPERTI CONTOH DIBAWAH...

KEBIASAAN UNTUK MENCEGAK STRESS

Disadari atau tidak, mungkin kita pernah mengenal seseorang yang banyak melewati masa-masa yang membikin stress dan under pressure—yang andaikan kita jadi dia, mungkin kita bakalan “nggak kuat lagi”. Namun entah kenapa, dia keliatan selalu tenang, dan tampak nggak pernah stress. Percaya atau tidak, memang ada orang seperti itu. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa kecenderungan orang seperti itu diturunkan.

Sifat “Mellow” Diturunkan?
Buktinya sejauh ini telah sering ditemukan pada dunia hewan, di mana tikus yang secara genetik memiliki sifat “mellow” atau periang ternyata juga diturunkan pada anak-anaknya. Esther Sternberg, peneliti dari National Institute Mental Health dan penulis The Balance Within, saat itu sedang meneliti obat arthritis pada dua strain tikus ketika ia dan koleganya menemukan bahwa kedua jenis tikus tersebut menunjukkan reaksi terhadap stress dengan sangat berbeda. Salah satu strain, tikus Fischer, memproduksi banyak hormon stress CRH ketika ditempatkan pada kandang asing. Sementara strain satunya lagi, tikus Lewis, dapat dipindahkan ke kandang manapun yang sangat sempit sekalipun, namun tidak memproduksi CRH sama sekali. Kemungkinan besar manusia juga memiliki kesamaan genetik seperti itu dalam hal produksi hormon-hormon stress. Hal tersebut dapat menentukan kemampuan kita menangani stress dengan kepala dingin.
Kabar gembiranya, walau faktor genetik kita mempengaruhi, namun bagaimana kita terbiasa berkondisi dengan stress dan kemampuan mempelajari lingkungan—yang merupakan sifat alami manusia—juga faktor lain yang tak boleh dilupakan, demikian pernyataan Sternberg. Dan kita memang perlu ber-“mellow” ria sesekali waktu, apabila memang itu diperlukan untuk mengatasi stress atau mencegahnya bertambah parah. Menurut neuroscientist asal Universitas Stanford, Richard Sapolsky, Ph.D., tekanan stress yang tak terkendali dapat mempengaruhi sistem pencernaan, jantung (tekanan darah tinggi), bahkan ovarium (menekan ovulasi saat kita sangat ingin hamil).
Jadi, apa saja yang tidak kita ketahui mengenai kebiasaan wanita yang jarang stress?
Kebet terus, dan curi rahasianya….Lumayan untuk pegangan kita biar kuat di masa yang sulit J
Rahasia #1 : Menetapkan prioritas, mengorganisir, dan membuat daftar rencana
Ini resep pertamanya : stress melanda siapapun yang merasa tidak siap. “Hidup terkontrol adalah bagian paling penting dalam manajemen stress”, ujar Sternberg. Tetapkan prioritas yang harus dikerjakan daripada mengerjakan semua hal begitu saja, yang belum tentu jelas manfaatnya untuk jangka panjang. “Berbagai penelitian yang ada telah menunjukkan bahwa perasaan ‘semuanya telah terkontrol’ merupakan pembunuh stress yang kuat”, ujar Sternberg. Bagaimana caranya memperoleh perasaan ‘semuanya telah terkontrol’? Sternberg mengusulkan untuk membuat daftar rencana : “sangat baik memecah masalah apapun menjadi masalah yang lebih kecil dan lebih mudah dipecahkan, sehingga tidak terlalu membebani kita. Membuat daftar rencana, lalu memberi tanda check list pada yang telah dikerjakan, dapat memberi rasa percaya diri karena berarti kita telah bertindak”
Anda merasa terlalu “tidak rapi” ?? Mulailah dengan cara yang mudah : tulis sesuatu yang telah Anda kerjakan, lalu coret atau contreng!!
Rahasia # 2 : Bila masalah terlalu berat, curhatlah pada teman
Tubuh Wanita dan  pria memiliki respon berbeda terhadap kondisi gawat, demikian penelitian Universitas California mengungkapkan. Karena perbedaan hormon, pria cenderung bersikap “tabrak atau lari” dalam menghadapi masalah, sementara wanita cenderung mengatasi stress dengan mencari lawan bicara atau teman untuk mendengarkan. Jadi, bersosialisasilah.
Rahasia #3 : Bekerja dengan optimis
Percayalah atau tidak, pikiran menarik kejadian-kejadian dalam hidup kita (remember “The Secret” J). Berpikir negatif dan cemas berlebihan hanya membuahkan kejadian menakutkan yang kita pikirkan. Kalau kita punya bawaan negatif thinking, coba belokkan pikiran jelek itu menjadi positif. Misalnya seperti ini :
“Tidak cukup waktu untuk mengerjakan semuanya hari ini”
Diubah menjadi : “semua yang aku perlukan akan datang dan hanya menunggu waktu saja”
“Semuanya  berubah terlalu cepat, sulit aku ikuti”
Diubah menjadi : “saya fleksibel, dan perubahan cepat memberi saya banyak inspirasi dan energi”
“Aku takut semua akan berjalan di luar kendali”
Diubah menjadi : “yang cepat itu memudahkan, dan aku siap untuk cepat tumbuh!”
Rahasia #4 : Tidak Menunda-Nunda
Tentu saja, karena menunda-nunda berarti menumpuk beban kita perlahan tapi pasti. Menunda pekerjaan berarti menciptakan bom waktu bagi diri sendiri. Ketika deadline tiba, Andapun meledak karena belum mengerjakan apapun….
Rahasia #5 : Beriman!!!
Entah Anda beriman pada Tuhan, dewa, atau sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan, beberapa studi menunjukkan korelasi kuat antara keimanan dengan kesehatan dan daya banting terhadap permasalahan hidup, demikian pernyataan psikiater Harold Bloomfield, M.D, penulis buku Making Peace With Your Past. “Pandangan spiritual memungkinkan Anda untuk memandang masalah dengan jiwa besar”, ujarnya, sambil menambahkan bahwa orang-orang religius umumnya jarang stress dan lebih sehat. Ketika Anda memiliki masalah, sandarkan pada Yang Kuasa, apa yang tidak sanggup untuk Nya?
Rahasia #6 : Mewakilkan Pekerjaan
Mewakilkan pekerjaan pada orang lain juga adalah cara lain mencegah stres, demikian pernyataan Joy Baldridge, Presiden Seminar Baldridge Internasional di Stamford, Connecticut. Menurutnya, suatu pekerjaan bisa diwakilkan kepada : bawahan atau asisten, pihak luar (misalnya agency), atau atasan. Baldridge menganjurkan untuk membiasakan bertanya kepada diri sendiri : “Bagaimana cara terbaik untuk menggunakan waktuku? Andaikan bos saya atau asisten saya saja yang melakukan ini, apakah dapat lebih menghemat waktu dan tenaga saya?”
Untuk mengatasi perasaan “saya dapat melakukannya lebih baik dan lebih cepat”, tanyakan pada diri sendiri : apakah Anda adalah orang paling kreatif yang pernah ada di tempat kerja Anda? Lori Gottleib, 33 tahun, mantan eksekutif stasiun televisi NBC di Los angeles, belajar dari pengalaman untuk membayar orang yang sangat ia percaya dan mampu mewakili dirinya : “kadangkala, apabila mereka tidak melakukan sama persis seperti yang saya visikan, seringkali malah versi mereka jauh lebih bagus!”
Rahasia #7 : Punya jadwal untuk bersenang-senang
Wanita bebas stress tidak menyangkal bahwa mereka butuh kesenangan untuk break dari tugas yang melelahkan. Sekedar cerita— kuliah di jurusan yang kebetulan sering ditimpukin segunung tugas, laporan, dllnya bisa-bisa mengundang capek dan stress. Saya pribadi mengalaminya. Waktu semester 3 dan tugas sedang banyak-banyaknya, pulang pun begitu malem karena jadwal praktikum yang padat, belum lagi sering begadang untuk ngetik laporan.  Seperempat teman sejurusan saya pun rata-rata sakit tifus dan demam  yang katanya, karena kecapekan dan kolaps. Tapi ada satu teman dekat saya yang hampir tak pernah kelelahan dan keliatan fresh terus. Ternyata, dia hobi banget  denger musik dan mengoleksi musik-musik aliran aneh dari internet. Bahkan dia ngaku sendiri ngetik makalah seminarnya sambil nonton tari perut di You Tube (waduuh??). Jadi setiap kali stress mulai melanda, dia tinggal menyetel musik relaksasi koleksinya. Bila waktu luang, dia selalu menyempatkan diri ke internet khusus untuk nonton You Tube dan download lagu, menambah koleksinya yang udah jumbo itu.  Her very own words : “kalau nggak ada musik ya bisa katatonia gue ngerjain tugas…”
Rahasia #8 : Bernafas Dalam-Dalam
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang menyempatkan untuk latihan pernafasan per hari dapat memotong kadar tekanan stress hingga setengahnya—demikian pernyataan Harold Bloomfield. Ia sering menganjurkan kepada pasiennya untuk membiasakan bernafas dalam-dalam ketika intensitas tekanan meningkat. Ia menyatakan yang disebut teknik relaksasi dengan satu nafas : luruskan punggung, lemaskan bahu, lalu tarik nafas kuat-kuat melalui hidung. Sambil melakukan ini, fokuslah pada sensasi bahwa udara sedang mengisi rongga dada dan setiap sel Anda. Setelah itu tahan nafas selama beberapa detik dan bayangkan cahaya terang menerangi pikiran dan tubuh Anda. Keluarkan nafas dari mulut dengan desahan dan bayangkan tekanan dalam tubuh Anda sedang mengalir keluar bersama nafas Anda.
Rahasia #9 : Relaksasi dengan Memvisualisasikan Happy Ending
Renee Bacher, penulis artikel ini, berbagi pengalamannya seperti ini : “ketika saya hamil dan cemas tentang keadaan kelahiran anak, instruktur senam hamil saya mengatakan pada saya untuk membayangkan ‘hari besar’ kelahiran itu dan memvisualisasikan hal-hal yang baik yang terjadi saat itu terjadi. Saya memaksa diri saya sendiri untuk memvisualisasikan kejadian-kejadian yang saya inginkan selama kelahiran, setiap malam sebelum tidur. Dan ternyata, proses melahirkan saya lancar sekali. Bahkan hal itu terjadi sampai tiga kali kelahiran”
Stacie Stelk, 25 tahun, asal Ohio, yang menjalankan bisnis e-commerce dari rumahnya, ketika merasakan tekanan menghantui dirinya, ia berbaring di kasur, menyalakan kipas angin di atap dan menyalakan CD suara laut. “Aku menutup mata dan membayangkan aku kembali ke hotel di mana aku dan suami dulu berlibur. Aku berbaring di kasur  dan membiarkan pintu terbuka sehingga angin laut menerpa wajahku. Padahal angin itu hanya kipas angin di atap, namun aku bisa ‘menipu’ diri sendiri sehingga bisa relaks sejenak”
Rahasia #10 : Menjaga Jadwal Tetap Sederhana
Paula Landell, 41 tahun, ibu rumah tangga asal Ohio, berpendapat bahwa kadangkala orang memaksakan diri untuk tidak melewatkan acara apapun, sehingga membuat mereka seringkali terburu-buru dan melewatkan banyak makna dalam hidup.
Pada tempat kerja, menjaga jadwal sederhana dapat dilakukan dengan berani mengatakan “tidak” ketika ditawari acara atau kegiatan yang kurang perlu. Baldridge menganjurkan penolakan sopan seperti “maaf, andai saja saya bisa. Sayang sekali, saya ada keperluan lain”. Tidak perlu menjelaskan alasan dengan mendetail. Kalaupun terpaksa, Anda dapat berkata “saya punya keperluan lain yang tidak bisa saya batalkan”.
Rahasia #11 : Menemukan Perspektif
Atau dengan kata lain, bayangkanlah seperti apa diri Anda pada masa depan. Seperti “kalau saya tidak ikut acara ini besok, apakah akan merugikan saya di masa depan? Penting nggak sih aku melakukan ini, adakah manfaatnya buatku, atau karena aku cuma ikut-ikutan? Ah, ternyata tidak juga”. Toh, hidup berjalan terus. Dan kalaupun Anda menyesali masa lalu, Anda juga tidak akan bisa kembali ke masa itu dan memperbaiki keadaan. Jadi, kenapa juga dipikirkan?
[Diterjemahkan dari tulisan Renee Bacher, “11 Habits of Stressles Woman, What They Know and You Don’t”]